Sabtu, 10 Desember 2011

MAKALAH TENTANG RUBIK PENGSEKORAN BUKU PAKET SD


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Puji syukur kami ucapkan  kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menuliskan rubrik persekoran tingkat kesesuaian buku PKn SD/MI kelas I (BSE) terbitan PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan Nasional dengan kurikulum PKn SD/MI tahun 2006 dan dengan kebutuhan siswa.
Dalam pendidikan di SD tidak jarang ditemukan buku-buku pembelajaran PKn yang tingkat kesesuaian dengan kurikulum PKn SD/MI tahun 2006 dan dengan kebutuhan siswa masih rendah. Maka dari itu penulis mencoba mengkaji sebuah buku PKn SD/MI kelas I (BSE) terbitan PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan Nasional.
Rubrik  ini kami susun  dalam rangka menyelesaikan tugas kuliah  Kajian Kurikulum PKn SD guna menguji tingkat kompetensi kami dalam mengkaji tingkat kesesuaian  buku PKn SD kelas I, dengan kurikulum PKn SD/MI Tahun 2006 dan juga dengan kebutuhan siswa.
Kami berharap kajian yang sederhana ini dapat berguna bagi pembaca untuk  menciptakan dan  mengembangkan buku PKn yang lebih berkualitas. Kami selaku penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam mengkaji buku PKn ini.
B.     Tujuan
Laporan ini disusun dengan tujuan :
1.   Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kajia Kurikulum PKn SD”.
2.   Sebagai bekal calon guru untuk mengetahui, mengerti dan memahami prosedur Kajia Kurikulum PKn SD
3.   Sebagai bekal calon guru untuk dapat mempraktekkan prosedur Kajia Kurikulum PKn SD di dunia kerja.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    KELEBIHAN ATAU KEKUATAN BUKU PKn SD KELAS 1 TERBITAN ( BSE )
1.      Kesesuaian dan kejelasan kerangka isi buku pelajaran PKn SD/MI sesuai(4) Jelas karena standard dan kerangka isinya sesuai dengan kurikulum yang dipakai pada saat ini yaitu KTSP 2006.
2.      Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran PKn yang telah ditetapkan dalam kurikulum PKn yang telah ditetapkan dalam kurikulum PKn SD/MI tahun 2006 Sesuai(4), karena
3.      Kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD yang terdapat dalam kurikulum PKn SD/MI tahun 2006 sesuai (4), karena
4.      Persentase jumlah KD yang dijabarkan dalam materi pelajaran sesuai (5), karena
5.      Kesesuaian isi buku teks PKn SD/MI dengan karakteristik dan struktur keilmuan PKn cukup sesuai(3), karena
6.      Keakuratan isi, kemutakhiran isi kekomprehensifan cakupan isi cukup akurat, mutakhir  dan komprehensif(3), karena
7.      Kesesuaian judul bab dengan isi materi dalam tiap-tiap bab, kurang sesuai(2) karena
8.      Kejelasan petunjuk pada tiap bab, jelas(4) karena
9.      Kesesuaian antara indikator pencapaian Kompetensi dengan Kompetensi Dasar sesuai(4) karena
10.  Kesesuaian antara indikator pencapaian kompetensi  dengan paparan materi cukup sesuai(3) dengan  kurikulum yang dipakai saat ini KTSP 2006
11.  Kejelasan konsep-konsep kunci/pokok  dalam materi  bahan cukup jelas(3) dengan kurikulum yang  dipakai pada saat ini KTSP 2006
12.   kesesuaian antara ilustrasi dengan materi  sesuai, karena ilustrasi yang ada disesuaikan dengan jabarab materi.
13.  .Kejelasan contoh-contoh yang di berikan sangat sesuai, karena disamping ada penjabaran materi juga ada contoh-contoh gambarnya.
14.  Kesesuaian antara tes sambil jalan di sela-sela uraian materi dengan uraian materi sesuai(4) dengan kurikulum yang dipakai saat ini  KTSP 2006
15.  Ksesuaian isi rangkuman dengan materi bahan ajar ybs( )
16.  Kesesuaian antara kasus argumentatif dengan materi yang bersangkutan sesuai(4) dengan kurikulum yang dipakai saat ini KTSP 2006

Skor Total: (1s/d 16)=( ................)
Penilaian:
            1.Skor 61 – 80 = Sangat susuai   
            2.Skor 46 – 60 = Sesuai
            3.Skor 31 – 45 =  Cukup sesuai
            4.Skor 16 – 30 =Kurang sesuai
            5.Skor 1- 15 = sangat kurang sesuai

Komentar secara umum tentang kekuatan dan kelemahan buku  PKn SD kelas I, Tahun terbit 2008.
..................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................





B.     Rublik Pensekoran Tingkat Kesesuaian Buku PKn Terpilih dengan Kebutuhan Siswa
1.      Kekuatan dalam penyajian buku PKn SD/MI
1.1        Kemenarikan atau kekuatannya dalam menarik perhatian para siswa SD/MI yang masih dalam taraf perkembangan operasional konkrit. Sangat menarik dan kuat karena disetiap bab ditampilkan gambar yang menarik perhatian para siswa dan sesuai dengan pokok bahsan.
1.2        Sistematika pengorgganisasian materi pelajaran sistematis. Sistematis karena
1.3        Setiap bab ada petunjuk yang memadai untuk memahami bacaan. Memadai karena
1.4        Kesesuaian referensinya.
1.5        Kemampuannya dalam merangsang pembaca untuk merespon. Mampu karena ditampilkan gambar dan bacaan disetiap bab mudah dipahami oleh siswa.
1.6        Kemampuan mengajak siswa untuk berkonsentrasi. Cukup mampu karena
1.7        Pengaturan gaya tampilan. Cukup mampu karena
1.8        Penekanan, ukuran, dan warna. Kurang bagus karena
1.9        Petepatan penggunaan bahasa yang meliputi kosakata, struktur kalimat, gaya penulisan dan tingkat kesulitannya.
2.      Kemenarikan ilustrasi
2.1        Kesuaian ilutrasi yang dipilih dengan karakteristik siswa SD/MI. Sesuai karena
2.2        Kejelasan dan keterkaitan dengan teks.
2.3        Penempatan, pemberian keterangan. Bagus karena
2.4        Kecaakupan ukuran detil dan focus.
2.5        Tampilan ilustrasi seimbang dan serasi
3.      Unsur pelengkap buku
3.1        Buku dilengkapi petunjuk untu guru pada setiap aktivitas. 21-40 % karena
3.2        Buku dilengkapi lembar akktivitas dan soal tes pada setiap bab. 61-80 % karena
4.      Kualitas fisik buku PKn SD/MI
4.1        Mutu cetakan bagus/tidak”bloor”. Bagus karena
4.2        Jenis dan ukuran huruf standar 18 pt untuk kelas rendah (kelas I, II dan III) serta arial 12 pt untuk kelas tinggi (kelas IV, V dan VI)
4.3        Penjilid rapid an kuat. Cukup rapi dan kuat karena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Filsafat Dan Sejarah Pendidikan Indonesia

Setiap pemikir mempunyai definisi berbeda tentang makna filsafat karena pengertiannya yang begitu luas dan abstrak. Tetapi secara sederhana filsafat dapat dimaknai bersama sebagai suatu sistim nilai-nilai (systems of values) yang luhur yang dapat menjadi pegangan atau anutan setiap individu, atau keluarga, atau kelompok komunitas dan/atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara tertentu. Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana, sistimatis, untuk mentransmisikan kebudayaan dalam arti luas (ilmu pengetahuan, sikap, moral dan nilai-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain. Adapun visi, misi dan tujuannya yang ingin dicapai semuanya berlandaskan suatu filsafat tertentu. Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh filsafat hidup yang kita sepakati dan anut bersama.

Dalam sejarah panjang kita sejak pembentukan kita sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada terbentuknya negara bangsa (state formation dan nation state) yang merdeka, pada setiap kurun zaman, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang menjadi fondasi utama dari setiap bentuk pendidikan karena menyangkut sistem nilai-nilai (systems of values) yang memberi warna dan menjadi "semangat zaman" (zeitgeist) yang dianut oleh setiap individu, keluarga, anggota¬-anggota komunitas atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara nasional. Landasan filsafat ini hanya dapat dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan Indonesia.

Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa (dan Amerika) pada abad ke-19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah Pendidikan telah muncul dari dan digunakan untuk maksud-maksud lebih lanjut yang bermacam-macam, a.l. untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, kesadaran akan kesatuan kebudayaan, pengembangan profesional guru-guru, atau untuk kebanggaan terhadap lembaga¬-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu. (Silver, 1985: 2266).

Substansi dan tekanan dalam Sejarah Pendidikan itu bermacam-macam tergantung kepada maksud dari kajian itu: mulai dari tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistim pendidikan beserta komponen-komponennya, sampai kepada pendidikan dalam hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam perubahan sosial atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Sehubungan dengan MI semua Sejarah Pendidikan erat kaitannya dengan sejarah intelektual dan sejarah sosial. (Silver, 1985: Talbot, 1972: 193-210)

Esensi dari pendidikan itu sendiri sebenarnya ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide dan nilai-nilai spiritual serta (estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda dalam setiap masyarakat atau bangsa. Oleh sebab itu sejarah dari pendidikan mempunyai sejarah yang sama tuanya dengan masyarakat pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan informal dalam keluarga batih, sampai kepada pendidikan formal dan non-formal dalam masyarakat agraris maupun industri.

Selama ini Sejarah Pendidikan masih menggunakan pendekatan lama atau "tradisional" yang umumnya diakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide¬-ide dan pemikir-pemikir besar dalam pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan lembaga-lembaga, atau sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum dalam bidang pendidikan. (Silver, 1985: 2266) Pendekatan yang umumnya diakronis ini dianggap statis, sempit serta terlalu melihat ke dalam. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam pendidikan beserta segala macam masalah yang timbul atau ditimbulkannya, penanganan serta pendekatan baru dalam Sejarah Pendidikan dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan kemudian. (Talbot, 1972: 206-207)

Para sejarawan, khususnya sejarawan pendidikan melihat hubungan timbal balik antara pendidikan dan masyarakat; antara penyelenggara pendidikan dengan pemerintah sebagai representasi bangsa dan negara yang merumuskan kebijakan (policy) umum bagi pendidikan nasional. Produk dari pendidikan menimbulkan mobilitas sosial (vertikal maupun horizontal); masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan yang dampak-dampaknya (positif ataupun negatif) dirasakan terutama oleh masyarakat pemakai, misalnya, timbulnya golongan menengah yang menganggur karena jenis pendidikan tidak sesuai dengan pasar kerja; atau kesenjangan dalam pemerataan dan mutu pendidikan; pendidikan lanjutan yang hanya dapat dinikmati oleh anak-anak orang kaya dengan pendidikan terminal dari anak-¬anak yang orang tuanya tidak mampu; komersialisasi pendidikan dalam bentuk yayasan-yayasan dan sebagainya. Semuanya menuntut peningkatan metodologis penelitian dan penulisan sejarah yang lebih baik danipada sebelumnya untuk menangani semua masalah kependidikan ini.

Sehubungan dengan di atas pendekatan Sejarah Pendidikan baru tidak cukup dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada pendekatan metodologis yang baru yaitu a.l, interdisiplin. Dalam pendekatan interdisiplin dilakukan kombinasi pendekatan diakronis sejarah dengan sinkronis ilmu-ihmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial tertentu seperti antropologi, sosiologi, dan politik telah memasuki "perbatasan" (sejarah) pendidikan dengan "ilmu-ilmu terapan" yang disebut antropologi pendidikan, sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini dimanfaatkan secara optimal dan maksimal hubungan dialogis "simbiose mutualistis" antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial.

Sejarah Pendidikan Indonesia dalam arti nasional termasuk relatif baru. Pada zaman pemerintahan kolonial telah juga menjadi perhatian yang diajarkan secara diakronis sejak dari sistem-sistem pendidikan zaman Hindu, Islam, Portugis, VOC, pemerintahan Hindia-Belanda abad ke-19. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan zaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka model diakronis ini masih terus dilanjutkan sampai sekarang.